Senin, 22 Desember 2008

Beradu Kuat Negosiasi Biaya Trading term 2009

Bagi para peritel waktu teramat penting. Apalagi saat ini mendekati waktu memperbarui kontrak biaya syarat perdagangan 2009. Sebaliknya, pemasok dalam sepekan terakhir ini melakukan berbagai upaya, untuk menunda persetujuannya atas kompromi biaya syarat perdagangan 2009.
Upaya maksimal tersebut dilakukan, mengingat dalam sepekan terakhir pula ada sinyal kalangan peritel yang berusaha keras untuk mendapatkan persetujuan kontrak dari pemasok untuk kerja sama keduanya pada 2009.

Upaya maksimal tersebut dilakukan, mengingat dalam sepekan terakhir pula ada sinyal kalangan peritel yang berusaha keras untuk mendapat persetujuan kontrak dari pemasok untuk kerja sama pada 2009.

Direktur Eksekutif National Meat Processor Association (Nampa) Haniwar Syarif mendapatkan laporan dari anggota yang secara agresif terus dihubungi via telepon oleh peritel modern, dalam sepekan terakhir.

Berbagai cara pemasok untuk mengulur waktu persetujuan trading term 2009 memang memililki alasan. Pasalnya mereka berharap biaya syarat perdagangan 2009 bisa lebih ringan, karena Depdag telah mengemukakan wacana membatasi persentase potongan harga tetap, dan biaya administrasi pendaftaran barang dalam juklak Perpes No.112 / 2007.


Banyak pihak, termasuk pejabat Depdag, memperkirakan tanda tangan Mendag Mari Elka Pangestu akan mendarat di draft permendag juklak perpres pada November, atau paling lambat pekan ini.

Namun sampai hari ini, belum ada tanda-tanda permendag bakal terbit. Pemasok mulai gentar juga, karena peritel modern terus konsisten mendesak mereka untuk menandatangani kontrak.

“Nampa menginstruksikan agar semua anggota tidak menandatangani sebelum permendag yang menjadi juklak perpres keluar. Banyak peritel masih tetap berusaha mendapat trading term [yang lebih tinggi sebelum permendag keluar], “ kata Haniwar.

Tunggu Juklak
Instruksi Nampa itu berdasarkan surat edaran Depdag No.270 / PDN / 2008 yang diterbitkan pada Juli 2008 yang menegaskan penetapan syarat perdagangan 2008 tidak lebih besar dari 2007, sampai dengan diterbitkannya permendag sebagai petunjuk pelaksanaan Perpres No. 112 / 2007 dan berlaku kepada semua supplier.

Harapan pemasok bakal bisa tertekannya biaya syarat perdagangan kali merupakan yang kedua kali. Pertama kali nya adalah saat pemerintah menginstruksikan peritel mal tujuh jenis trading term.

Ketua umum AP3MI (Asosiasi Pengusaha Pemasok Pasar Modern Indonesia) Susanto ketika itu mengomentari perpres yang terbit pada 27 Desember 2007 itu, akan menekan biaya syarat perdagangan hingga 30%.

Namun kenyataan yang terjadi sebaliknya. Biaya syarat perdagangan yang diinginkan peritel modern kondisinya seperti tahun sebelum nya, malah mengalami peningkatan. Kok bisa? Segala calah memang bisa muncul dari peraturan yang ada.

Kali ini peritel memang benar ada yang meminta Cuma tujuh jenis syarat perdagangan kepada pemasoknya. Namun setiap jenis biaya itu kemudian memiliki ‘anak dan cucu’

Harapan yang terempas itu kemudian bangkit kembali dengan akan muncul nya permendag yang menjadi petunjuk pelaksanaan Perpres Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.

Memang keputusan wacana yang dilontarkan dalam rapat mengenai isi draft permendag tentang adanya batasan biaya syarat perdagangan, belum bisa dipastikan bakal muncul. Namun, pemasok memiliki harapan, bahwa permendag masih bisa menjadi ‘penyelamat’ bisnis mereka.

Tak tahulah, jika kemudian Mendag Mari kemabli mengulur waktu penerbitan permendag, mungkin dengan alasan untuk lebih seksama mempelajari nya.

Data : Bisnis Indonesia By: Linda Silitonga.

"Hm... Lagi-lagi masalah trading term, memang biaya-biaya dari retail yg tinggi sungguh sangat memeras, sudah saat nya ada patokan khusus untuk biaya-biaya tersebut.

Rabu, 10 Desember 2008

Perlukah Punya Mimpi

Suatu ketika saat sedang ngobrol dengan temen saya, dia tiba-tiba bercerita tentang kakak iparnya dan istrinya. Dengan nada heran dan tidak bisa menerima dia berkata, ”Gila tuh kakak Ipar gua!, Semua yang ingin dia capai, sudah dia tulis dibuku catatannya termasuk semua cita-cita atau keinginannya 5 tahun ke depan.”

Temen saya punya pemikiran yang sama dengan kakaknya yang menganggap kakak iparnya aneh. Kondisi ini pasti banyak dialami oleh orang lain, dimana banyak yang menganggap menulis semua harapan atau cita-cita atau target merupakan hal yang tidak biasa atau tidak layak. Hal yang sama juga sering terjadi pada kita sendiri. Walaupun sangatlah penting untuk menuliskan apa yang kita cita – citakan atau yang akan kita capai.

Apa yang kita tulis sebagai cita – cita ,biasanya kita akan berusaha untuk mencapainya . Langkah untuk mengambil alat tulis ( pena dan kertas ) sampai menulis apa target kita besok,minggu depan ,tahun depan atau beberapa tahun lagi kelihatan simple tapi tidak semua orang bisa melakukan hal ini.

Dengan menulis apa yang kita inginkan atau target, tanpa kita sadari arah hidup kita dan arah yang kita tuju menuju pada sasaran yang sudah kita tulis .

Banyak Pemimpin atau pengusaha sukses juga bermula dari bagaimana mereka menuliskan mimpi dan cita – cita mereka sehingga dalam kehidupan mereka selalu berusaha keras ,bekerja semaksimal mungkin untuk mencapai apa yang mereka cita – citakan. Sekarang semua tergantung sama kita ,apakah kita akan mulai menulis atau hanya menganggap hal ini hal sepele yang mungkin tidak perlu kita lakukan setelah membaca hal ini. Michael J.H.

Author : Michael J.H
Edited : Florensia

Konsumen

Tidak terasa waktu sudah sore, saya rencana mau pulang agak cepat karena ada keperluan di rumah, karena cuaca panas dan rambut sudah agak panjang, saya kepikiran untuk coba merapikan rambut di mall sebelah kantor, kebetulan ada salon yang baru buka. Saya coba datangi salon tersebut yang masih terbilang sangat baru, tidak ada konsumen sama sekali saat itu. Pegawai sedang bercanda dan telp sana sini sambil bergosip ketika saya masuk dan duduk untuk dilayani. Saya coba tanya – tanya ke pegawainya mengenai fasilitas, salah satunya adalah refleksi. Pertanyaan saya sangat simple yaitu ” Pak, harga 60 rb itu untuk berapa lama, 1 jam atau 1,5 jam ”, si pegawai kelihatan binggung, akhirnya menjawab tidak tahu .

Sambil berbicara tentang model rambut yang saya mau, saya mencoba melihat sekeliling salon dan melihat desain ruangnya. Tidak lama kemudian, ada 2 orang wanita masuk, semua pegawai langsung tertib dan kasir langsung memanggil salah satu wanita itu dengan sebutan Ibu dengan sangat hormat.

Setelah saya lihat dan dengar pembicaraan mereka, ternyata wanita itu adalah pemilik dari salon ini. Saat telp dan terima telp di setiap pembicaraan si Ibu selalu menawarkan diskon 50% ke rekan – rekannya yang mau memotong rambutnya di salon ini. Si ibu kemudian berbicara dengan kasirnya ” Kalau ada yang potong rambut sambil menunjukkan kartu nama saya ” kamu kasih diskon 50% ya.

Dalam hati saya berpikir, wah mungkin saya akan ditawari juga nih beberapa kartu nama si ibu untuk direferensikan ke rekan – rekan kerja dengan diskon 50%. Pikiran ini masuk ke otak saya begitu saja, karena saya berpikiran saat itu konsumen satu satunya adalah saya. Tunggu punya tunggu ternyata si ibu tidak menawarkan apa – apa dan akhirnya pergi begitu saja. Saya langsung berpikir, wah ibu ini kehilangan sales karena tidak menawarkan kartu diskonnya ke saya, saya berkantor di sebelah mall dan banyak pegawai atau karyawan yang mungkin bisa potong rambut atau refleksi.

Beberapa hal yang bisa kita pelajari dari cerita ini adalah :

  1. Kurang terlatihnya pegawai salon ini menjawab pertanyaan konsumen.
  2. Pegawai kurang menguasai fasilitas dan detailnya.
  3. ”Si Ibu ” Pemilik salon ini tidak memamfaatkan konsumen yang "ada" di salonnya untuk memperkenalkan salonnya dan mendapatkan konsumen baru dari konsumen yang sedang dilayani.
  4. Hal ampuh yang hilang adalah promosi dari mulut ke mulut ,sedangkan ibu ini sendiri mencoba menelpon ke rekan – rekannya agar datang ke salonnya.

Kalau kita amati, banyak sekali hal disekitar kita yang kasusnya sama dengan cerita ini . Michael .J.H

Edited : Florensia

Pemimpin

Banyak pertanyaan yang selalu muncul jika kita membahas mengenai leadership, apakah leadership ini bisa dibentuk, dipelajari atau merupakan bakat sesorang .
Suatu ketika seorang temen datang kepada saya dan berkata ” Apa yang kurang dari saya sehingga saya sering tidak diperlakukan dengan baik oleh bawahan saya padahal saya selalu memberikan support dan perlakukan mereka dengan baik” Hal ini kelihatan aneh sekali, dimana seorang pemimpin merasa dia diperlakukan kurang baik oleh bawahannya, sementara si pemimpin merasa dia berbuat sangat baik terhadap bawahannya. Apakah anda pernah alami juga hal ini ?

Kita kadang tidak sadar dengan hal ini , bahwa sebenarnya masalahnya adalah di cara kita memimpin ( leadership ). Kata – kata memimpin seakan akan sangat mudah kita denger dan lakukan tapi seorang leader sesungguhnya tidak terjadi dalam waktu sekejap mata atau dalam waktu hitungan hari. Seorang leader harus melalui tahapan atau proses yang terus menerus dan belajat terus menerus .

Seorang leader selalu menjadi panutan atau dijadikan teladan oleh bawahan atau pengikut mereka ,dari proses ini baru leader akan mendapatkan respect dari pengikutnya atau bawahannya. Jadi jika ada seorang pemimpin yang binggung dengan apa yang dialami maka langkah pertama yang harus dilakukan si pemimpin adalah melakukan review terhadap dirinya dan belajar untuk terus menerus mengembangkan cara kepemimpinannya .

  1. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kepemimpinana seseorang , misalnya :
  2. Banyak membaca dan mengembangkan wawasan untuk diri sendiri .
  3. Mengikuti seminar atau workshop kepemimpinan.
  4. Berkumpul dengan temen atau pemimpin yang lebih hebat sehingga aroma kepemimpinan akan terbentuk perlahan.
  5. Belajar menerima dan membuka diri untuk hal – hal baru dan masukkan .
  6. Belajar berkorban untuk pengikutnya .
  7. dan banyak hal lagi yang dapat dilakukan pemimpin untuk meningkatkan kepemimpinannya.

Menjadi pemimpin tidaklah semudah yang kita bayangkan, pemimpin menjadi sorotan, panutan dan harapan banyak pengikutnya . Michael J.H.


Author : Michael J.H
Edited : Florensia

Rabu, 22 Oktober 2008

Peta Retail Tahun 2009

Bicara perkembangan retail ,khususnya retail modern di Indonesia sangatlah menarik dan penuh dengan hal – hal yang membuat kita ingin terus mencari tahu . Retail modern di Indonesia terus berkembang sejak masuknya pemain – pemain global seperti Makro, Carrefour, Giant, dll.
Persaingan setiap tahun akan terus meningkat dan akan semakin sangat menarik. Persiangan dengan lokasi, lokasi , lokasi dan disertai strategi – strategi baru terus muncul.

Persaingan tahun 2009 akan diwarnai hal baru yaitu dengan hadirnya Lotte, Hypermarket asal korea yang mengakuisisi Makro dan hadirnya minimarket 7 Eleven .

Sekilas kita lihat persaingan dan strategi yang diterapkan oleh retail retail modern tahun 2008 .

  1. Strategi Low Price ” Harga Murah ”
    Hampir semua kelas retail dari minimarket sampai dengan Hypermarket mengklaim memberikan harga murah kepada konsumennya dan bahkan beberapa retail mengklaim produk tertentu mereka paling murah, seperti Minyak goreng, susu,detergent ,dll. Strategi “ Low Price “ ini, retail tidak bekerja sendiri tapi ada juga yang bekerja sama dengan Supplier. Strategi ini juga memberikan hasil yang sangat baik bagi retail. Terbukti dari tingkat pengunjung yang meningkat begitupula brand image dari retail bersangkutan..
  2. Strategi PWP ( Purchase with Purchase )
    Strategi ini hampir sepanjang tahun 2008 dilakukan oleh retail baik minimarket, supermarket maupun hypermarket. Berbagai produk dipakai sebagai alat untuk mendatangkan konsumen ke toko dan hal ini cukup efektif membuat konsumen untuk datang ke toko. Mau tidak mau supplier harus mengucurkan budget tambahan untuk ikut serta bermain dalam strategi ini.
  3. Strategi Extra Barang / Pemberian hadiah
    Strategi juga cukup menarik minat konsumen walau tidak lebih baik dari low price dan PWP. Konsumen cukup senang dengan pembelian 2 extra 1 dan sebagainya.
  4. Strategi “ Kartu Kredit”
    Bermula dari strategi yang diterapkan oleh Carrefour dengan kerjasama dengan bank. Dimana pemegang kartu kredit tertentu akan mendapatkan diskon khusus. Pelopor strategi ini adalah Carrefour dengan sambutan yang sangatlah mengejutkan. Konsumen sepertinya tidak berhenti – henti belanja dan semaksimal mungkin mengesek kartu kreditnya bahkan kalau perlu pinjam lagi ke teman atau ke tetangganya. Program ini berdampak baik, baik untuk retail maupun bank yang menerbitkan kartu kredit.
    Kini, strategi ini juga diterapkan juga oleh retail selain Carrefour. Bahkan kondisi berkembang menjadi kerjasama keanggotaan khusus antara retail dan bank seperti BCA & Carrefour , Hypermart & Mandiri.
  5. Strategi ” Kartu Anggota ”
    Strategi ini sebenarnya hampir sama dengan Kartu Kredit, hanya strategi ini lebih mengarahkan agar konsumen menjadi anggota atau royal terhadap retail bersangkutan. Contoh penerapan strategi ini adalah MCC matahari .

Hal – hal diatas adalah beberapa strategi yang diterapkan oleh retail di tahun 2008 di samping strategi – strategi lain.

Setelah melihat sedikit peta tahun di tahun 2008, kita mulai bisa membayangkan kondisi yang akan terjadi tahun di 2009 untuk retail indonesia yang disertai dengan kondisi ekonomi global yang sedang sakit dan adanya pemilu di tahun 2009.

Mari kita akan coba mengupas kondisi retail tahun 2009.

Sedikit menyinggung mengenai pasar tradisional, di tahun 2009 semakin banyak pasar tradisional yang akan terdesak oleh pertempuran retail – retail modern. Pasar tradisional akan semakin banyak yang tutup dan akan semakin banyak juga pasar tradisional yang merubah konsepnya menjadi pasar tradisional modern yang bersih dan dikelola khusus.

Pertumbuhan Retail modern pun akan terus terjadi walau beberapa area di pulau Jawa sudah mulai membatasi pembukaan minimarket bahkan mulai membatasi area untuk supermarket dan hypermarket. Perkembangkan luar Jawa dengan otonomi daerah saat ini, akan membuat retail modern terus melakukan expansi keluar Jawa untuk menjaga pertumbuhan dan persaingan yang terjadi.

Retail dengan kelas minimarket tetap akan bersaing khusus adalah Indomaret dan Alfamart yang mempunya skala nasional serta terus memperluas jaringan tokonya ke luar Jawa. Di Jawa barat sendiri persiangan akan ditambah dengan Yomart yang terus melakukan expansi, saat ini pun yomart sudah melakukan penetrasi ke area Jakarta. Sementara itu rencana hadirnya 7 Eleven di indonesia pada bulan Januari 2009, belum akan mengubah persaingan di kelas minimarket, hal ini juga dikarenakan segmentasi dan strategi yang berbeda dari 7 eleven .

Di kategori Supermarket tidak akan banyak perubahan dari tahun 2008, hal ini karena kelas supermarket akan terus bertahan dan mencoba terus melakukan pembenahan di tengah-tengah persaingan antara supermarket itu sendiri, minimarket dan hypermarket.

Persaingan akan semakin hebat adalah terjadi di kategori Hypermarket, hadirnya Lotte akan menambah persaingan lebih hebat, strategi – strategi yang diterapkan oleh hypermarket – hypermarket tahun 2008 akan tetap terjadi di tahun 2009 dan ditambah dengan strategi – strategi baru yang khusus.

Perluasan jaringan, seperti yang dilakukan oleh hypermarket oleh matahari group dengan mengubah matahari menjadi hypermart, Hero Group dengan mengubah Hero menjadi Giant dan Carrefour mengubah Alfa menjadi Carrefour express setelah di akuisisi. Perluasan jaringan ini membuat persaingan dan pertempuran Hypermarket ini semakin sering dan terjadi dimana – mana bahkan di setiap area.

Persaingan ini bisa saling merugikan atau terakhir yang menjadi korban adalah supplier jika persaingan ini sudah menjadi tidak sehat dan mengarah pada pemerasan terhadap supplier untuk mendukung setiap strategi Retail.
Persaingan – persaingan yang terjadi terus menerus tentukan akan menguntungkan konsumen pada umumnya, karena konsumen semakin banyak pilihan dan mendapat harga – harga khusus.
Perdebatan antara supplier dan retail saat ini terus terjadi, Undang – undang yang sedang dibahas bersama untuk mengatur kondisi trading term dan berbagai kerjasama sampai saat ini masih ditunggu dan terus diperdebatkan, salah satu sisi supplier ditekan oleh retail salah satu sisi retail merasa ini adalah kerjasama dan persaingan.

Tentukan akan lebih baik dan lebih sehat adalah retail dan supplier sama – sama saling sadar dan melengkapi, bekerjsama dengan baik dan menghindari unsur – unsur atau istilah – istilah menekan, memeras dan sebagainya, hal yang secara keseluruhan harus dilihat adalah konsumen, masyarakat pada umumnya dan pertumbuhan ekonomi yang baik, sehingga bangsa ini akan lebih baik dan kesempatan kerja akan meningkat serta ekonomi akan semakin baik.
By : Michael J.H.
Editor : Florensia

Rabu, 08 Oktober 2008

Lotte Ambil Alih Makro Indonesia


Akhirnya terjawab sudah teka-teki,"Siapa yang akan membeli saham Makro Indonesia"
sempat terdengar Issue2... Mau dibeli oleh, Carrefour, Wal*Mart, Tesco, Wings Group, dll
ternyata Lotte...



Lotte sendiri adalah perusahaan Jepang, yang berkantor pusat di 20-1, Nishi-shinjuku 3-chome, Shinjuku-ku, Tokyo 160-0023, dan bergerak di bidang Manufacture dan sale of confectionary.
Di Indonesia Lotte berdiri tahun 1993, dan mengambil market Chewing Gum & Candy.
Lotte sudah berdiri selama 60 tahun selain sales and manufacture, usaha lain adalah hotel & Restaurant (besar di Korea).
Dengan pengambilalihan Saham Makro Indonesia, ini berarti Lotte ingin menunjukkan gejala yang serius untuk merambah dunia Ritel dan berdiri di Indonesia, bukan dimulai dari negara asalnya Jepang.



Kutipan dari Detik.com

Jakarta - Lotte Group akhirnya mengambil PT Makro Indonesia dari tangan perusahaan Belanda SHV Holdings N.V. Lotte Group membeli seluruh saham Makro setelah proses seleksi oleh SHV."Mereka telah menunjukkan keinginan dan kemampuan untuk membawa bisnis ini ke arah yang lebih baik serta memiliki kesungguhan dan minat jangka panjang untuk berkecimpung dalam pasar ritel di Indonesia," kata Joost van Klink, jurubicara SHV dalam siaran pers, Selasa (7/10/2008).Sesuai dengan syarat-syarat yang tercantum dalam perjanjian ini, Lotte Group akan mengambil alih gedung, tanah, kontrak sewa, karyawan dan inventaris Makro Indonesia sebagai satu paket yang menyeluruh. "Lotte Group akan mengambil alih Makro Indonesia sebagai bisnis yang masih memiliki usaha yang berjalan dengan baik, dan oleh karenanya, bisnis berjalan seperti biasa. Ke-19 gerai kami akan tetap buka dari jam 07.00 – 22.00 setiap hari," kata Presiden Direktur Makro Indonesia Kuswanto Gunadi,Dalam beberapa bulan ke depan, Makro Indonesia dan Lotte Group akan memastikan bahwa proses transisi berjalan dengan lancar dan efisien sehingga mengurangi hambatan yang mungkin dialami oleh para karyawan, pelanggan dan pemasok.Lotte Group merupakan kelompok usaha yang bergerak dalam berbagai bidang usaha dan merupakan yang terbesar kelima di Korea. Lotte Group memiliki 45 perusahaan afiliasi dengan total aset mencapai 31 miliar euro dan pendapatan bersih sebesar 23 miliar euro pada tahun 2007. Lotte Group bergerak di berbagai jenis kegiatan bisnis seperti makanan dan minuman, distribusi ritel, petrokimia, konstruksi dan keuangan.Penandatangan Sales and Purchase Agreement (SPA) dilakukan hari ini pukul 09.00 WIB. (ddn/ir)

Foto : Detik.com

Jumat, 26 September 2008

Awas!! Gula Melamine di biscuit kesukaan Anda

Info terbaru:
Selain susu, produk makanan lain buatan China juga wajib diwaspadai. Di Singapura otoritas setempat menemukan bahwa permen susu buatan China juga mengandung melamine. Sejumlah retailer di Singapura menarik produk-produk makanan China dari peredaran, termasuk Snickers, M&M, Nabisco, Mentos, Oreo.

Awas! Permen Susu Buatan China Juga Tercemar Melamine Health News
Tue, 23 Sep 2008 11:18:00 WIB Singapura - Selain susu, produk makanan lain buatan China juga wajib diwaspadai. Buktinya, di Singapura, otoritas setempat menemukan bahwa permen susu buatan China, White Rabbit Creamy Candy juga mengandung melamine.

Buntutnya, permen yang populer di kalangan anak-anak dan dewasa itu ditarik dari pasaran Singapura. Demikian seperti dilansir harian Singapura, The Straits Times, Selasa (23/9/2008).
Pemerintah Singapura telah melarang semua impor susu dari China dan hasil olahannya sejak Jumat, 19 September lalu. Ini terkait skandal susu terkontaminasi melamine yang telah menewaskan 4 bayi di China.Ribuan bayi lainnya harus dirawat di rumah sakit karena menderita penyakit ginjal setelah meminum susu bermelamine.
Menghadapi skandal tersebut, otoritas Singapura tidak mau menanggung risiko. Selain melarang impor susu dari China, Singapura juga menghentikan penjualan setiap produk yang mengandung susu dari China. Ini termasuk es krim, yogurt, coklat, biskuit, dan permen.
Sejumlah retailer di Singapura secara sukarela menarik produk-produk makanan buatan China dari peredaran. Ini termasuk Snickers bars, M&Ms, Nabisco Chicken In A Biskit, Dove chocolate bars, Mentos yogurt balls, Oreo wafer sticks, dan Want WantTake One Baby Bites.
FairPrice, jaringan supermarket terbesar di Singapura, juga akan menarik semua produk makanan asal China yang terbuat dari susu dari outlet-outlet mereka mulai hari Selasa, 23 September ini.
Pakar ilmu dan teknologi makanan Singapura, Dr Leong Lai Peng memberikan resep untuk menghindari skandal susu berbahaya ini. Peng menganjurkan masyarakat untuk hanya membeli makanan yang mengandung susu dari negara-negara produsen besar susu, seperti Australia.
Peng juga menganjurkan masyarakat untuk tidak membeli produk-produk murah. "Dengan produk murah, ada kemungkinan itu dibuat dengan susu dari negara yang menjual susu dengan sangat murah, seperti China," tutur Peng.(ita/nrl)
Sumber: detikcomKet. Artikel
FlorenZ say : biasa nya kalo lagi mau lebaran ada aja yang disidak.. dan bermasalah.... Hmmm….
-FlorenZ-

Senin, 22 September 2008

Perbedaan kecil Alfamart, Indomaret, Yomart






Baru-baru ini memperhatikan fisik dari ketiga key account tipe minimarket yang berada di area Jawa Barat, ada perbedaan dari ketiga nya.

Indomaret, dan Alfamart sebagai pemain lama di tipe minimarket, dan semakin melejit, namun 5 tahun terakhir Yogya Group yang cukup kuat di wilayah Jawa Barat tidak membiarkan dua minimarket ini merajai pasar di Jawa barat.
Maka diciptakan lah saingannya yaitu Yomart. Sebagai pemain baru tentunya Yomart harus mempunyai positioning yg beda dari kedua minimarket sebelumnya..
Kali ini saya coba bahas mengenai perbedaan dari tampilan fisik.. dimana??
"Pintu", yah.. untuk kebanyakan minimarket besar seperti Alfamart, Indomaret, Circle K, semua nya berkonsep pintu kaca dan tertutup. Masuk dalam ruangan berAC.. belanja...
Coba lihat Yomart, semua Yomart yang pernah saya kunjungi semuanya tidak memiliki pintu.
Mereka berkonsep lebih welcome.. dengan tampilan dan lay out barang, dibiarkan terkesan penuh.. dan "menyambut konsumen" dari awal masuk.
Apakah Yomart tidak ber-AC ... no.. no... ber-AC juga kok... :)

Rabu, 03 September 2008

Le Asia Supermarket


















Baru-baru ini saya berhasil mendapatkan beberapa picture mengenai supermarket yang ada di luar negri.. (Supermarket Asia: Le Asia Supermarket), untuk saat ini setelah diamati kurang lebih sama dengan supermarket yang ada di Indonesia. Tapi pasti ada bedanya. Nanti akan saya bahas lebih lanjut.
-FlorenZ-
Many Thanks to Andreas Buditomo from California.

Indonesia Best Brand 2008

Peraih Platinum Brand



Peraih Golden Brand




Apakah produk kalian ada yg masuk?? sebagai brand terbaik versi majalah Swa sembada edisi 21 Agustus - 3 September 2008 ini?
-FlorenZ-

Sumber : Majalah SWA sembada, no 18/XXIV/21 Agustus-3 September 2008

Jumat, 29 Agustus 2008

Hot Marketing

Ringkasan Buku

HOT MARKETING: 15 Cara Paling Panas Mengorbitkan Merek
by : (Ippho Santosa – 2008)
15 cara paling panas mengorbitkan merek:

  1. Patuhi A&W
    A&W = articulatable & writeable (pengucapan & penulisan)
  2. Maknai benak konsumen
    “mendaftarkan” produk di benak konsumen
  3. Bangkitkan dan tularkan “roh”
    perusahaan dan SDM yang bekerja harus tertular “roh” yang menjadi
    impian dari founder
  4. Bentuk personality
    melalui personality akan tercipta emotional bond yang akhirnya
    menumbuhkan loyalitas merek
  5. Nikmati masa kecil
    “benefit” dari merek/bisnis yang masih kecil
  6. Perkuat barisan internal
    bagian Internal (SDM, administrasi, keuangan, purcashing, produksi)
    harus diperkuat agar bagian ekstrenal (pemasaran, distribusi, business
    development) dapat bekerja secara maksimal.
  7. Tebarkan story of glory
    identik dengan hal2 yang bisa menjadi word of mouth
  8. Waspadai pisau bermata dua
    pisau bermata dua dari Sales Promotion
  9. Abaikan mitos kualitas
    kualitas aktual produk penting dan perlu diimbangi dengan kesan kualitas (perceived quality) yang seimbang
  10. Bergeraklah seperti 4-wheel-drive
    manfaat sisi rational-emotional, spiritual-physical yg bisa menarik hati konsumen
  11. Tirulah pendaki gunung
    Teknik mendaki menjelang puncak gunung dan ketika sudah berada di puncak gunung berbeda
  12. Ajukan 1001 alasan
    More reasons, more purchases
  13. Sambutlah anti-brand
    Persaingan membuat market size jadi lebih besar, konsumen lebih aware
  14. Tetaplah awet muda
    Brand revitalization
  15. Lestarikan keunikan
    Keunikan merk

PATUHI A&W
Sejatinya, pihak yang selalu melayangkan komunikasi pemasaran adalah pihak eksternal, BUKAN internal,
sehingga diantara puluhan kriteria dalam memilih sebuah merek, A&W adalah kriteria yang terbaik.
Maka, patuhilah!
A&W – articulatable & writeable
Articulatable = pengucapan – brand haruslah mudah diucapkan oleh konsumen
Writeable = penulisan – brand haruslah mudah ditulis oleh konsumen
Mengapa? Banyak orang (konsumen) yang mengidap dyslexia (susah membaca dan mengeja) dan wordphobia.
Jika brand bermasalah dengan pengucapan dan penulisan maka akan bermasalah dari segi pengingatan (memorability).

MAKNAI BENAK KONSUMEN
Mendaftarkan merek sehingga berhak memampang tanda ® atau TM, memang bukan perkara yang gampang.
Namun begitu, yang paling penting adalah MENDAFTARKANnya di BENAK KONSUMEN
Merek dengan embel-embel ® atau TM, tidak secara otomatis menjadi merek yang terdaftar di benak konsumen.
Pastikan merek anda mengandung makna (meaningfulness) di benak konsumen, bukan cuma di benak anda.
Iringi merek dengan: business description, positioning statement, vision statement dll.

BANGKITKAN & TULARKAN ROH
Sewaktu bisnis berdiri untuk pertama kalinya, bisnis itu hampa.
Jadi hendaklah sang founder yang membangkitkan “roh” itu, sekaligus menularkannya kepada karyawan,
seterusnya pada perusahaan.
Mungkinkah karyawan atau management mengambil alih dan mengemban amanat tsb? TIDAK MUNGKIN.
Karena impian dan kepentingan founder tidak sama dan tidak mungkin sama dengan kepentingan management

BENTUK PERSONALITY
Merek akan tetap menjadi benda mati sebelum dibentuk PERSONALITY-nya.
Wujudkanlah personality, agar merek terkesan hidup dan berinteraksi dengan pelanggan.
Dengan demikian, merek akan menyemai EMOTIONAL BOND dengan pelanggan dan menumbuhlan LOYALITAS merek.

NIKMATI MASA KECIL
Adakah yang salah dengan bisnis yang masih kecil?
Ternyata bisnis kecil itu menyimpan kenikmatan tersendiri, yang jarang sekali diendus oleh marketer.
Manfaat/benefit bisnis yang masih kecil:

  • Bisa berubah arah tanpa risiko yang terlalu besar (bisa dengan mudah dan cepat untuk berubah)
  • Tidak kelihatan “dosa-dosa”/kesalahannya – tidak terlalu dipedulikan oleh konsumen/publik
  • Positif citranya – tidak dikecam oleh konsumen/publik
  • Teredamnya persaingan
  • Tidak kepalang tanggungnya daya juang
  • Memungkian personal touch kepada setiap pelanggan

PERKUAT BARISAN INTERNAL
Sebuah bisnis tidak ubahnya seperti helikopter, mengudaralah setelah memeriksa mesinnya terlebih dahulu.
Dengan kata lain: perkuatlah barisan internal sebelum anda mengurusi pemasaran
Aktivitas di Perusahaan:

  • INTERNAL : SDM, Administrasi, Keuangan, Purchasing, Produksi ® mengandalkan EFFICIENCY
  • EKSTRANAL : Pemasaran, Distribusi, Business Development ®mengandalkan EFFECTIVENESS
    Aturan: Jangan aktifkan pemsaran dan fungsi2 eksternal terkait, SEBELUM fungsi2 internal beres.
    Contoh: Pelayanan yang kurang sigap, bahan baku haibs, mesin ngadat dll, bisa menyebabkan konsumen marah karena
    tidak mendapatkan produk/layanan yang sudah digembar-gemborkan oleh pemasaran.
    Aksi pemasaran yang tidak atau lupa di-back up dengan fungsi2 internal, dapat mengakibatkan bencana.

TEBARKAN STORY OF GLORY
Merek tidak melulu dibangun oleh iklan. Suatu ketika merek akan sangat membutuhkan story of glory. Karena secara alamiah, manusia akan mendengarkan percakapan manusia di sekitarnya dan disitulah story of glory bekerja. Tebarkanlah!
Penasaran itu identik dengan pemasaran. Cerita dibalik merek (story), baik itu disengaja atau tidak, mampu mendorong kesuksesan merek (glory).
Jaman sekarang, story of glory bisa bergerak lebih mencolok dan lebih mencolok daripada iklan.
Menurut Christ Fill: Iklan tidak memiliki satu hal yang dimiliki oleh story of glory, yaitu KREDIBILITAS.
Merek tidak melulu dibangun dengan iklan.
Melahirkan story of glory:

  • Perkuat dulu barisan internal
  • Pastikan story berdampak positif, bukan sekedar populer (pupularity with positivity)
  • Jangan sampai keseringan, karena publik bisa resisten

WASPADAI PEDANG BERMATA DUA
Di satu sisi Sales Promotion dapat membawa sejumlah manfaat.
Namun di sisi lainnya, Sales Promotion yang seradak-seruduk juga dapat mengundang malapetaka, terutama terhadap kekebalan merek.
Waspadailah pisau bermata dua!
Iklan -> alasan untuk membeli (reason to buy)
Sales Promotion -> insentif untuk membeli (incentive to buy)
Contoh sales promotion: discount, potongan harga, kupon, hadiah, dll.
Manfaat Sales Promotion:

  • Untuk mempercepat action dari pelanggan
  • Untuk menambah value kepada pelanggan/distributor
    Malapetaka yang bisa timbul dari Sales Promotion yang seradak-seruduk:
  • Sales Promotion yang terlalu heboh dan keseringan (diskon 70%, banting harga, super murah, dll) bisa membuat
    konsumen kesal, karena konsumen tidak bisa membedakan apakah itu benar-benar diskon atau tidak.
    Diskon seringkali menyadarkan konsumen bahwa selama ini marketer telah mengeruk keuntungan yang berlebihan
    dan dengan digelarkanya diskon setiap saat membuat konsumen berpikir, “Huh! Ini sih bukan diskon, memang
    harganya segitu”.
  • Sales promotion MEMANGKAS MARGIN. Setiap kali anda ber-sales-promotion, maka pada waktu yang sama anda
    juga mesti menyisihkan anggaran untuk mengiklankan program sales promotion tersebut kepada publik - suka
    tidak suka, anda tekor 2 kali.
  • Dalam jangka panjang, sales promotion bisa menggerogoti kekebalan merek (debranding).
    Ingatlah, obat hanya akan berfungsi jika sesekali digunakan dan sesuai dosis. Kalau kebanyakan, bisa jadi racun yang paling jahat. Bagaimana pun, sales promotion dalam wujud apapun, dapat mengikis kesetiaan pelanggan terhadap merek
    (brand loyalty)
  • Dalam jangka panjang, kesetiaan pelanggan bisa melenceng ke insentif, bukan lagi pada merek.
    Sesekali sales promotion memang dibutuhkan, NAMUN tidak ada satu pun merek berharga di muka bumi ini dibesarkan
    semata-mata dengan sales promotion.

ABAIKAN MITOS KUALITAS
Kualitas adalah kualitas.
Penjualan adalah hal yang lain.
Terkadang hampir-hampir tidak ada hubungan diantara keduanya.
Mengapa begitu? Karena terdapat 2 jenis kualitas. Berhati-hatilah!
2 jenis kualitas:

  1. Kualitas aktual (actual quality) º REALITAS
  2. Kesan kualitas (perceived quality) º PERSEPSI
Kesan kualitas (perceived quality) = persepsi konsumen terhadap totalitas mutu dan keunggulan merek. Fakta: Kualitas aktual semata tidak cukup (meskipun perlu), tidak bisa tidak, anda harus merekayasa kesan kualitas. Di benak konsumen, PERSEPSI itu sendiri adalah REALITAS.
David Aaker dalam Managing Brand Equity:
Kesan kualitas itu berpengaruh langsung terhadap keputusan pembelian dan loyalitas merek, apalagi kalau pembeli tidak termotivasi atau tidak sanggup menganalisis secara detail.
Robert Buzell & Bradley Gale dalam The PIMS Principle:
Dalam jangka panjang, faktor tunggal yang paling menentukan kinerja bisnis adalah kesan kualitas merek itu sendiri.
Konsumen hanya peduli dengan kesan kualitas atau kualitas yang dipersepsi.
Konsumen lebih percaya pada pikirannya sendiri ketimbang realitas yang di atidak pernah tahu.
Jadi, teroboslah MINDPLACE terlebih dahulu, agar produk kita diterima di MARKETPLACE.
Al Ries: I believe that marketing is about building brands in the mind of consumers
Teruskan usaha untuk terus mengejar kualitas aktual yang sempurna DAN imbangi dengan kesan kualitas yang prima.
Setiap kali anda berkeringat untuk mengembangkan kualitas aktual, pastikan konsumen adan megetahui jerih payah
tersebut.

BERGERAKLAH SEPERTI 4-WHEEL-DRIVE
4-Wheel-drive : Rational-Emotional, Spriitual-Physical
Selain sisi rasional dan emosional, manusia juga dikaruniai 2 sisi lain yaitu spiritual dan fisikal.
Inilah yang luput dari perhatian marketer.
Hendaklah sebuah merek mengerahkan dan mengarahkan daya tariknya pada 4 sisi itu secara simultan.
  • Rational : fitur, harga jual, cara bayar dll
  • Emotional : desain, kekuatan merek, reputasi perusahaan, dll
  • Spiritual : brand appeals yang selaras dengan nilai2 vertikal yang dimiliki oleh konsumen
  • Physical : kenyamanan indrawi – dilihat (visual), didengar (auditory), dirasakan (kinesthetic), dikecap (gustatory), dibaui (olfactory)

TIRULAH PENDAKI GUNUNG
Ada 2 tahap dalam menaklukkan sebuah gunung:

  • menjelang sampai di puncak
  • di puncak itu sendiri
Samakah tingkat kesulitannya? PASTILAH TIDAK! Ketahuilah, pemasaran pun seperti itu.
Bandingkan:
Menjelang sampai di puncak Di puncak gunung itu sendiri

  • Lebih susah
  • Pendaki dituntut untuk total dari segi teknik,
konsentrasi dan stamina
  • Fase sebelum sukses
  • Lebih mudah
  • Bisa melenggang sambil bersiul
  • Fase setelah sukses (level ke-1)
Menjadi spesialis (fokus), bukan generalis, adalah kendaraan yang paling cepat untuk menuju kesuksesan (setidak-tidaknya kesuksesan level ke-1).
Missing link: acapkali marketer menerapkan perluasan merek dan diversifikasi produk TERLALU DINI Fokus dulu! Perkuat merek dan bisnis terlebih dahulu.
Untuk mencapai sukses level ke-1, mulailah dengan fokus.
Untuk menikmati sukses level berikutnya, anda bisa memilih untuk fokus atau tidak fokus.
Jika dipilih untuk tidak fokus:
  • Lakukan pemisahan merek dan pemisahaan pengelolaan
  • Strategi merek tunggal berlaku hanya untuk pasar yang masih rendah kadar persaingannya
  • Ingat: untuk pasar yang berbeda, diperlukan merek yang berbeda

AJUKAN 1,001 ALASAN
Agar marketable, ajukanlah alasan demi alasan. Tentu saja dengan mematuhi rambu-rambunya.
Salah satu: Jangan lengah terhadap fenomena “Admired, but not adopted”
Alasan-alasan yang dapat dijajal dan dijejalkan (asalkan tidak melanggar hukum/rambu-rambu):

  • Popularitas merek
  • Kepribadian merek
  • Kesan kualitas
  • Kenyamanan indrawi
  • Dll
Intinya adalah sesuatu yang apik dan menarik ® MORE REASONS, MORE PURCHASES
Rambu-rambu yang tidak boleh dilanggar:
  • Jangan kemukakan alasan yang mengada-ada
  • Jangan abaikan core benefit produk
  • Jangan lalai dengan fenomena ”admired, but not adopted” (dipuji, tapi tidak dibeli)
  • Jangan mengusung alasan-alasan yang tidak paralel. Karena dengan alasan-alasan yang tidak paralel, kepribadian merek bisa mendua (split personality) dan keunikan
    merek bisa memudar.

SAMBUTLAH ANTI-BRAND
Undoubtedly, sudah menjadi hukum alam, begitu mengorbit, merek akan disergap oleh antr-brand. Nah, mungkinkah itu memudarkan popularitas merek? Ternyata, apa yang terjadi malah sebaliknya.
Contoh Brand dan Anti-Brand-nya:
Flexi-Esia, Indomie-Mie Sedaap, Bimoli-Filma, Kompas-Indopos, Kacang Garuda-Dua Kelinci, dll.
Anti-brand -> penentang & penantang
Manfaat dari anti-brand:

  • melejitkan, bahkan melambungkan popularitas
  • dengan hadirnya anti-brand dapat mengedukasi dan menghimpun konsumen sehingga market size menjadi lebih luas secara keseluruhan. (persaingan memaska konsumen lebih aware)
  • anti-brand juga memicu dan memacu potensi diri
  • anti-brand akan menebar citra positif pada seluruh pemain sekaligus menjadi bahan benchmarking
Apa yang harus diperbuat jika anti-brand tidak pernahmuncul? CIPTAKAN anti-brand bagi merek anda sendiri.
Contoh: Elex Media Computindo, Grasindo, BIP adalah “sepupu” Gramedia
Fanta, Sprite, Sarsi adalah “saudara dekat” Coca Cola dll

TETAPLAH AWET MUDA
Keabadian, kekekalan, keawetan – itulah cita-cita semua orang.
Sudah menjadi tugas merketer menjadikan mereknya SURVIVE & SUSTAIN
Agar merek bisa SURVIVE & SUSTAIN, lakukan peremajaan merek (Brand Revitalizaton)
Cara: merencanakan variasi produk, slogan baru, kemasan baru, iklan baru, dll.

LESTARIKAN KEUNIKAN
Ujian terberat dalam branding adalah WAKTU.
Di satu sisi, waktu yang memupuk kekuatan sebuah merek.
Namun di sisi lain (seandainya ceroboh), waktu jualah yang memangkas keunikan sebuah merek. Jadi lestarikanlah!
Brand manager seringkali memaparkan: “A adalah corporate brand, B adalah umbrella brand, C adalah parent brand, D adalah sub-brand. Masing-masing merek akan dirangkai dengan positioning statement dan vision statement”.

Namun, konsumen tidak pernah secerdas itu. Konsumen tidak sanggup membedakan corporate brand, umbrella brand, parent brand, sub brand, positioning dan vision statement. Dan anda tidak bisa memaksa mereka untuk menghafalkannya.
Bagi konsumen, merek tetaplah sebuah merek – yaitu sepenggal kata yang tersimpan di memori mereka. Kita boleh memakai kata/kalimat pelengkap untuk mendampingi merek ASAL itu memang benar2 diperlukan.
Hati2, karena keruwetan demi keruwetan akan memberangus keunikan merek.
Jangan2, perluasan merek, diversifikasi produk yang tidak pada tempatnya dapat mengebiri keunikan merek dalam jangka panjang.
Untuk tetap menghidupkan keunikan merek, sosialisasikanlah secara KONSISTEN dan telaten (tiba masa bagi periklanan untuk unjuk gigi dalam hal ini).
Perkara yang patut diwaspadai adalah: PERALIHAN management.
Orang lama seringkali dipandang tidak becus oleh orang baru, sehingga akhirnya apa yang telah dipelihara dengan susah payah oleh orang lama bisa dihapus bersih oleh orang baru, tidak terkecuali keunikan merek.
Pastikan merek anda berada di zona yang positif, selalu!
Jangan pernah tergiur sensasi2 murahan seumpama publisitas dan promosi penjualan yang hanya mengkatrol popularitas sesaat, tapi ujung-ujungnya malah kontra-positif terhadap keunikan merek.



Bukan berarti publisitas dan promosi penjualan adalah sesuatu yang pantang. Jika keduanya berujung pada pemantapan keunikan merek, lakukan!
Jangan lupa: Alasan utama kita melekatkan sebuah merek pada produk dan membangun merek tersebut adalah ingin produk dikesan unik, berbeda dengan produk lain.

-FlorenZ-

SEMINAR APRINDO JABAR

Seminar : “Perkembangan Industri Retail di Bandung & Jawa Barat “
Tempat : Hotel Preanger Bandung, 25 Agustus 2008
Peserta : Peritel, Supplier, Dewan Pemerintahan kota Jawa Barat
Pembicara : Yongky S. Susilo, Retailer Service Director Nielsen Indonesia



Belum lama ini saya menghadiri seminar yang diadakan oleh APRINDO – Dewan pengurus Daerah Jawa Barat. Mari kita lihat bersama apa saja yang diulas dalam seminar tersebut.
Seminar tersebut dibuka oleh beberapa kata sambutan terutama dari ketua APRINDO Jabar, Bp. Budi Siswanto Basuki yg juga presdir dari Ritel Yogya & Yomart, dan dari Kepala Dinas Perindustrian & Perdagangan Jabar, Drs. H. Agus Gustiar, M.Si.

Beberapa hal yg harus digarisbawahi adalah bahwa akan dibentuk undang-undang untuk mengatur mengenai perijinan pendirian ritel modern di suatu wilayah, misalnya dari segi tata ruang, zonasi. Selain itu pesan dari Bapak Agus agar persaiangan antara pasar modern dan pasar traditional tetap terbina :

  1. Peritel Modern sebaiknya tidak merusak pasaran produk terutama produk komoditi dengan menjual nya sangat murah.
  2. Peritel modern harus mengikuti segala jenis peraturan yang berlaku seperti SNI, perijinan dll.
  3. Peritel modern hendaknya peduli lingkungan, misalnya dengan menjual harga khusus produk tertentu kepada masyarakat ekonomi ke bawah.

Executive Insights :

  • Traditional trade still dominates the Asia grocery outlets
  • The More Develop, the country will have bigger population per store (less store number) due to efficiency in trade structure; however countries with large rural area are in show pace.
  • Modern trade is gaining importance in Asia due to supply (local and foreign expansion) and demand (urban consumers behavior changes and manufactures distribution effectiveness); large format and convenience stores are most growing formats.
  • Supermarket format are loosing relevance to the consumers in many markets due to hypermarket and convenience store acceptance.
  • Indonesia, India, Sri Lanka, Philippines, Vietnam are in the group of countries where traditional shopping as main store; Main reasons are convenient / within walking distance
  • Fresh produce is still purchased on daily basis in Asia, takes 50% of shoppers budget, and done in wet market; therefore fresh category is key driver for building grocery business.

Memang saat ini sangat dirasakan bahwa pasar modern perlahan mulai mengambil share dari pasar traditional, hal ini sebenarnya sudah menjadi rahasia umum, jelas saja begitu secara nyata kita bisa liat bahwa semua nya lebih baik di pasar moder daripada di pasar traditional :

  • Infrastruktur
  • Management
  • Koordinasi kerja
  • Distribusi barang
  • Sistem Waralaba / frenchise yang memungkinkan meluasnya brand image ritel lbh luas.
  • Suasana belanja yg menarik, fun dan full entertainment.

Trend ke depan untuk outlet memang cepat atau lambat akan menjadi modern ritel yaitu dengan konsep self service, bukan hanya mempercantik outlet saja, karena itulah ”jantung” nya ritel modern IMPLUSE BUYING.

Pasar Traditional
Bagaimana dengan peluang pasar traditional sendiri, jika kita sempitkan pasar traditional yaitu pasar basah (wet market) maka peluang nya adalah masih sangat besar. Karena di Indonesia sendiri, populasi rural masih 60% dibandingkan populasi urban.

Survey shoppers behavior menunjukkan bahwa konsumsi untuk product fresh 50% dari total spend money masyarakat Asia.

Maka peluang perkembangan pasar masih cukup besar,
Mengapa?? Karena seperti hal nya di negara Asia lainnya, penduduk di Asia masih terimage “beli makanan fresh ya di pasar”. Hal ini lah yang membuat ritel international seperti Tesco, Carrefour, Wal*mart sedikit kesulitan menembus negara-negara di Asia. Ambil contoh, Masyarakat di China suka sekali makanan fresh, seperti ikan, ayam yang dipotong dalam keadaan hidup-hidup. Jika di pasar traditional dapat menyediakan hal ini dengan adanya kolam besar, kandang ayam.. apakah di pasar modern bisa??

Selain itu image murah memang masih sangat melekat di pasar, apalagi ditambah dengan sistem tawar menawar yang merupakan ciri khas dari pasar basah & excitement yg tidak bisa diganggu. (Bagi ibu-ibu nawar IDR 50 perak saja sudah bisa bikin puas)

Dari grafik ini dapat dilihat bahwa memang frekuensi pergi ke pasar basah masih sangat tinggi, selain karena kesukaan mereka akan produk fresh, ternyata juga dipengaruhi dari tingkat perekonomian. Bahkan untuk masyarakat vietnam hampir setiap hari pergi ke pasar. Apakah ini karena mereka ga bisa beli kulkas??? (kemungkinan besar)

So, sebetulnya jika mau disimpulkan untuk traditional store :
  • Opportunity : massive presence and highest visits
  • Challenge : Difficult to distribute and lesser basket size
  • Consumer centric : No experiential shopping.

Executive Insight

  • Traditional still dominates the retail stores numbers in Indonesia (over 99%); the total number is still growing (2%)
  • Indonesian consumer use multi-format in their monthly shopping both modern and traditional; however, traditional stores and wet market are still granted by consumers with the most frequently visited (26 and 13 times per month)
  • Hypermarket is for monthly shopping, supermarket is for weekly fresh shopping, minimarket weekly topping up, traditional store for daily topping up, and wet market for every other day fresh produce shopping.
  • For today’s consumer, traditional stores is for convenient and basic grocery
    - Traditional stores getting small basket
    - Modern gaining big basket (bulk and impulse purchase)
  • Wet market (pasar traditional) is absolute destination place for fresh produce, purchase in average every two days.
  • Traditional stores are independent small operators with no consumer centric factors such as limited stock, limited sales processing, no marketing, no product access for consumers, low loyalty (no experiential)
    - key to improve and grow is; distribution and buying power group
  • New traditional stores are opened and set up in quick manner; however, due to owners’ lack of retail business management, knowledge and cash flow disciplines lead to store closures.

Memang sih belakangan ini ribut-ribut soal pertumbuhan modern market yang benar-benar pesat. Apakah benar ? coba kita lihat grafik di bawah :

Jika komoditi rokok dan sembako dimasukkan maka langsung keadaan berbalik, bahwa pasar traditional masih memegang kendali yang cukup kuat. Walopun jika rokok dikeluarkan terkesan modern trade mulai naik.

WET Market SWOT
  • opportunity : Cheap, Fresh, Location, top experiential
  • Challenge : Urban society changes, city development, Pasar facilities, Food safety.
  • Consumer centric : growing demands of younger consumer

Executive Insight

  • Wet market which relates to fresh produce are still the main place to shop fresh for Indonesian, it is still perceived as cheap, fun, close, and complete
  • The weaknesses are damped, dirty, smelly, and agony; a manageable problems but never been paid attention and fixed.
  • As lifestyle changes (increasing working women) and introduction of supermarket in the 70’s the single and younger women never been (or very minimal) visiting wet market due to time inconvenience, negative shopping environment and negative images.
    Just after they got married, wet market is in their shop repertoire as they seek for healthy fresh products for the family.
  • However, since most of the wet market never improved itself throughout the history, certain segment of women (image seeker) and upper class have shifted to go to modern market for fresh and ask their housemaid for wet market duty.
  • Grocery carts (now becoming auto pick up) are also becoming a good alternative for Indonesian family to purchase fresh with conveniences, same rate of frequency (ever two days)
  • Food safety and shopping as recreation are factors that make consumers shift to modern slowly to modern market; thus wet market need to continuously try to gain and maintain trust.
  • As consumers are changing, wet market need to modernize itself to suit new generation of Indonesian mums and family, by changing the shopping facilities (clean, dry, cool, parking), environment (safety, secured, one stop shopping) and fulfilling the emotional benefits (experience, family recreation, self image)
  • As a result, a marketing strategy (STP) is very important in today’s retail business to win consumers mind space where they have to make decisions over immense of choices and limited time.
  • Some traditional retailers (dry grocery) in wet market facing tough business from consumers especially the new generation, due to various reasons :
    - The market place have been running down and deter young and affluent consumer and its family members to visit and shop.
    - Physical access to wet market have been distorted by lack of security and PKL (Pedagang Kaki Lima)
    - Consumer is increasingly demanding and less loyal.
    - Their mid low customers may have moved residence due to inner city development.
    - Dry grocery is purchased in monthly manner in modern market, that leave weekly and daily topping up purchased only (small basket)
    - New stores (both traditional and modern) open up closer to consumers residence.
    - Home delivery dry grocery product by carts / mobile (by cellphone)
    - Wholesaler (grosir or agen) now do retailing to end user also (to maintain business)
    - Wet market is the least option for family shopping destination, while they tend to spend quality time together in leisure time.
    - Men are also getting active in shopping and wet market is definitely not in the aspiration list.
    - Easily turn into cash flow problem, less revenue and increasing coast
    - No capital loan to extend business
    - No buying power against bigger player.
  • However, traditional retailers (dry grocery) in wet market has its ‘Blue Ocean’ (no competitor marketplace) which is “food sellers”, so repositioning and focus needed to further capture the business opportunity
    - Food sellers buys in bulk from the traditional retailers
    - They are more loyal; each has its own customers; have developed reward system
    - They tend not to go to modern market as they need bulk materials, non branded ‘curah’and may be traditional items (bumbu)
    - Modern market is irrelevant to their business (so modern market location is irrelevant too)
  • Traditional retailers (fresh produce) is enjoying biggest market dominant; however, they need to build trust for food safety
    - fresh is dominantly still bought in wet market
    - they provide good variety of products and consistent sources
    - Supper and Hypermarkets is irrelevant since consumers seek for top health choice
  • which are live stock (meat, fish), mountain delivery vegetable and fruits, fisherman delivery seafood, traditional spices, and daily purchase (for today’s family meal)
    - Fresh at modern retail is perceived as frozen and day old; since they do not have good turn over, their variety is not as big as wet market.
  • Building management must improve and rejuvenate the wet market especially ones in the city with commercial and mid upper class residential areas
  • The wet market building management must continuously improve facilities, environment, and focus on changing consumers trend marketing strategy is needed to sustain the business of its tenant, regaining trust from new generation shoppers.

Take outs : The retail Business

  • Consumer is at the center of business
  • It is the battle for consumer’s
    - share of wallet
    - share of mind
    - share of heart
    - share of mouth
  • consumer decide who win, survive or die
  • Make your self always relevant to consumer

Source : Florenz's speech & AC Nielsen Presentation

-FlorenZ-

Rabu, 27 Agustus 2008

paper bag

Baru-baru ini Carrefour sebagai peritel internasional yang masuk di Indonesia mengadakan percontohan untuk menggantikan plastik blanja dengan kain blanja.

Tujuannya adalah tidak lain dan tidak bukan untuk mengurangi konsumsi plastik secara keseluruhan dan menurunkan itu yang namanya "GLOBAL WARMING"

Untuk tahap awal Carrefour, mensosialisasikan plastic bag yang lebih tebal dengan harga IDR 2000. Dengan asumsi konsumen akan ditawarkan plastik bag ini waktu melakukan transaksi di kassa. Lalu diingatkan akan efek global warming.

Bahkan diadakan uji coba di salah satu Carrefour di Bandung, yaitu Carrefour cabang Braga City Walk, menggunakan Tas blanja dari kain, yang dijual dengan harga IDR 10.000,- mekanisme nya adalah pengunjung Carrefour tidak diberi plastik, diharuskan membeli Bag dari kain ini, kemudian setiap blanja harus bawa Bag ini..

Alhasil menurut pihak Carrefour banyak konsumen yang marah-marah, dan terjadi penurunan konsumen di Carrefour Braga ini. Maka dari itu pihak Carrefour tidak berani untuk melanjutkan rencananya.

Menurut saya pribadi, apa yang dilakukan oleh peritel carrefour ini sebenarnya sudah sangat tepat, hanya saja kurang mendapatkan dukungan. Mengapa? ini karena tingkat kesadaran masyarakat terhadap "Global Warming" sangat rendah, dan untuk ganti menggunakan Bag kain itu perlu spend uang lebih lagi. Maka dari itu, untuk melakukan secara menyeluruh harus digalakkan secara serempak, di semua outlet modern trade, dan diatur dengan undang-undang tertentu. Yah, seperti dulu saja ketika pertama kali diberlakukan harus menggunakan sabuk pengaman untuk pengemudi kendaraan. Awal nya susah sekali terlaksana, tapi ketika ada keluar peraturan tertentu mau tidak mau akhirnya sekarang sudah berjalan baik, dan semua sudah sadar bahwa wajib dan aman menggunakan sabuk pengaman.

-FlorenZ-

Kamis, 21 Agustus 2008

Depdag rancang pembatasan biaya trading term


Ritel dan UKM & Mikro
Selasa, 19/08/2008
JAKARTA: Departemen Perdagangan akan membuat batas besaran biaya syarat perdagangan dari harga jual produk untuk menghindari tekanan biaya oleh peritel kepada pemasok yang akan menjual produknya di toko modern.

Direktur Bina Pasar dan Distribusi Ditjen Perdagangan Dalam Negeri Depdag Gunaryo mengatakan penentuan besaran atau persentase trading term itu dengan cara mempertemukan peritel dengan pemasok melalui asosiasinya sampai dicapai kata sepakat.

"Kami coba semampunya," kata Gunaryo ketika dikonfirmasi Bisnis tentang rencana pengaturan besaran persentase tujuh jenis syarat perdagangan, baru-baru ini.

Depdag yang semula tidak akan mengeluarkan permendag yang berisi petunjuk pelaksanaan pengaturan syarat perdagangan dalam Perpres No. 112/2007, akhirnya membuatnya dengan cara lebih memerinci besarannya.

Mengingat ketetapan syarat perdagangan dalam perpres yang menekankan besarannya harus wajar dan berkeadilan, ternyata masih diaplikasikan oleh peritel modern dengan persepsi yang berbeda.
Sumber: Dari berbagai sumber, 2008
Ket: * Untuk menggunakan jaringan distribusi peritel
**Per jenis produk untuk seluruh jaringan toko yang dimiliki satu merek toko
"[Dengan diatur besarannya dalam permendag] supaya lebih operasional," jelas Gunaryo.
Sebelumnya dia mengungkapkan terminologi trading term juga masih menjadi masalah. Misalnya, seperti istilah aniversary. Saat ini, ada peritel modern yang belum menyepakati apakah istilah tersebut berhubungan dengan izin atau tidak, atau apakah berhubungan dengan penjualan atau tidak.

"Hal itulah yang harus kita sinkronkan terlebih dulu," ungkapnya.
Rapat Depdag yang mempertemukan peritel dan pemasok saat ini sudah digelar tiga kali dalam dua minggu terakhir. Pembahasan secara intensif tersebut dimaksudkan, agar permendag bisa segera tebit pada Agustus atau September 2008.

Diperoleh keterangan, dalam setiap kali pertemuan terjadi perdebatan yang alot antara peritel dan pemasok.
Ketika dikonfirmasi tentang kesediaan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) adanya batasan besaran biaya syarat perdagangan, Wakil Ketua Umum Pujianto mengatakan, "Yang jelas setiap peraturan ada plus minusnya."
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pemasok Pasar Modern Indonesia (AP3MI) Susanto menyambut gembira, karena pada akhirnya usulan pemasok ditetapkannya batasan biaya syarat perdagangan akan segera terealisasi.
"Dengan adanya ketetapan persentase atau besaran syarat perdagangan, maka akan membatasi penghasilan lain [other income] peritel modern. Karena ada yang bahkan mencapai 17,4% dari total pendapatannya," kata Susanto.

AP3MI juga menilai dengan ketetapan besaran biaya syarat perdagangan yang sama, membuat semua peritel akan melakukan bisnis di level yang sama, terutama kemampuanya untuk melakukan promosi.
Ketetapan yang sama tersebut, jelasnya, juga akan mendorong penguatan ritel modern di daerah seperti toko Rita Supermarket di Cilacap, Ada di Semarang, Pamela Swalayan di Yogyakarta, dan Sejahtera di Makassar.
Perpres tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern menetapkan tujuh jenis syarat perdagangan yang boleh dikutip peritel modern.

Trading term itu mencakup potongan harga regular, potongan harga tetap potongan harga khusus, potongan harga promosi, biaya promosi, biaya distribusi, biaya adminstrasi pendaftaran barang. (12) (linda.silitonga@bisnis.co.id)
Oleh Linda T. Silitonga
Bisnis Indonesia


© Copyright 2001 Bisnis Indonesia. All rights reserved. Reproduction in whole or in part without permission is prohibited.

Minggu, 10 Agustus 2008

Nampa mendatangi Carrefour Indonesia

Edisi : 07-AUG-2008

JAKARTA : Nampa mendatangi PT Carrefour Indonesia guna mendesak hipermarket asal Prancis tersebut menetapkan biaya syarat perdagangan 2008 bagi pemasok Alfa sama dengan
trading term Alfa 2007.

Asosiasi Industri Pengolahan Daging Indonesia (NAMPA) menilai tindakan Carrefour tidak logis
dengan menyamakan biaya syarat perdagangan kepada pemasok PT Alfa Retailindo dan Carrefour 2007, sehingga menyebabkan biaya yang dipikul industri menjadi lebih tinggi.

Direktur Eksekutif Nampa Haniwar Syarif menyampaikan keberatan secara langsung sekaligus
memberikan surat peryataan belum lama ini, dan Carrefour berjanji akan memberikan jawabannya. Dia menyatakan sebagian anggota Nampa melaporkan terjadi ketidaksepahaman terkait dengan penetapan biaya syarat perdagangan pemasok Alfa untuk tahun 2008 sebesar biaya trading term Carrefour 2007.

"Untuk itu, kami mengadakan pertemuan dan menyerahkan surat kepada Carrefour,"kata Haniwar kepada Bisnis, kemaren. Asosiasi Industri Pengolahan Daging Indonesia itu menilai kebijakan Carrefour pasca akuisisi 75% saham PT Alfa Retailindo awal tahun ini tidak logis, mengingat sebagian dari 29 Supermarket Alfa luas tokonya tidak sebesar Carrefour.

Pemasok merasa dirugikan karena order barang tetap lebih kecil dibandingkan dengan hipermarket Carrefour, meski Supermarket Alfa telah berganti merek menjadi Carrefour dan Carrefour Express.
"Ibaratnya kalau ke hipermarket Carrefour pemasok mengirim 50 kg barang sementara ke Alfa Cuma 10 kg. Jadi tidak logis antara kirim banyak dan sedikit disamakan,"tegas Haniwar.

Mempertimbangkan skala bisnis itu, Nampa mendesak Carrefour menetapkan kepada pemasok Alfa biaya syarat perdagangan untuk 2008 sama seperti trading term Alfa pada tahun 2007.
"Bahkan jika memungkinkan lebih kecil meyesuaikan batasan tujuh jenis biaya syarat perdagangan sesuai dengan Perpres No.112/2007."

Selama belum selesainya permendag yang menjadi petunjuk pelaksanaan perpres perpasaran tersebut. Nampa minta syarat perdagangan tidak berubah atau seperti ketetapan pada 2007.

Oleh Linda T. Silitonga
Bisnis Indonesia
-FloreNz-

Gapmmi surati Carrefour terkait setop order

Edisi : 06-AUG-2008
JAKARTA : Gapmmi meminta manajemen Carrefour tidak terlalu keras menerapkan sanksi berupa penyetopan order kepada pemasok supermarket Alfa yang menolak beban biaya syarat perdagangan lebih besar untuk periode tahun 2008.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) Thomas Darmawan mengharapkan peritel dan pemasok tidak saling menekan dalam situasi ekonomi yang sulit seperti ini.

"Kami sudah berkirim surat dan melakukan komunikasi dengan Carrefour pada 1 Agustus. Kami ingin anggota jangan sampai kesulitan," katanya kepada Bisnis, kemarin.

Seorang pemasok yang mengaku sebagai salah satu anggota Gapmmi menyatakan menyampaikan keluhan penyetopan order dari Supermaket Alfa dan Carreofur sejak pertengah Juli 2008 kepada asosiasi yang mewadahinya.

"Bukan delete [penghapusan],tapi masalah remodeling [biaya mengganti merek Alfa menjadi Carrefour dan Carrefour Express sekaligus pembenahan isi toko] yang menjadi beban, dan penyelesaiannya tergantung perundingan,"ujar Thomas.

Menanggapi terjadinya ketidaksepakatan pemasok diharapkan Gapmmi ditanggapi secara lunak oleh Carrefour, mengingat belakangan ini kalangan industri tengah terbebani dengan kenaikan sejumlah harga pangan dan bahan bakar.

Apalagi, saat ini pihak industri sedang berupaya menggenjot produksi untuk mengantisipasi terjadi lonjakan permintaan barang menjelang Lebaran pada awal Oktober.

Seperti diketahui setelah mengakuisisi 75% saham PT Alfa Retailindo Tbk, Carrefour mengubah 29 gerai Supermarket Alfa menjadi Carrefour dan Carrefour Express.

Irawan D. Kadarman, Corporate Affairs Director PT Carrefour Indonesia, mengatakan Gapmmi sudah menyurati dan bertemu dengan Carrefour pekan lalu.

"Aspirasinya kami tampung. Kami melakukan diskusi internal untuk menentukan jawaban yang akan disampaikan secara tertulis atau melakukan pertemuan lagi."

Oleh Linda T.Silitonga
Bisnis Indonesia
-FloreNz-

Alfa setop order pada enam pemasok

Edisi : 05-AUG-2008

JAKARTA : PT. Alfa Retailindo Tbk telah melakukan aksi penyetopan order barang dari sedikitnya enam pemasok yang tidak setuju biaya syarat perdagangan Supermarket Alfa disamakan dengan trading term hipermarket Carrefour.

Ancaman penyetopan order tersebut sudah dirasakan para pemasok pusat perbelanjaan modern itu sejak Juni 2008, karena tidak ada kata sepakat antar kedua belah pihak tentang besaran biaya syarat perdagangan dalam pertemuan yang ketiga.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pemasok Pasar Modern Indonesia (AP3MI) Susanto mengatakan saat ini sebanyak 5 anggotanya tidak lagi memasok barangnya ke supermarket Alfa dan Carrefour.

"Lima anggota AP3MI melapor tentang penyetopan order barang dari Alfa dan Carrefour." ujar Susanto kepada Bisnis, baru-baru ini. Di samping itu, pemasok anggota Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman seluruh Indonesia (Gappmi) juga mengalami hal serupa.

Pemasok menuding Alfa melakukan praktik yang tidak fair, mengingat penyetopan order dilakukan untuk toko bermerek Alfa dan Carrefour.


Alfa dituding pemasok bersikap tidak terbuka, karena tidak mengeluarkan surat yang isinya melakukan penyetopan order barang, tetapi Cuma mengirimkan surat review bisnis.

Seperti diketahui PT Carrefour Indonesia telah mengakuisisi 75% saham PT Alfa Retailindo Tbk. Yang memiliki 29 gerai Supermarket Alfa, pada awal tahun ini.

Kemudian hipermarket asal Prancis itu mengganti merek Alfa menjadi Carrefour atau Carrefour Express. Selambatnya 29 toko Alfa harus sudah berubah nama semua pada awal Oktober.

Ketika dikonfirmasi mengenai hal itu, Presiden Direktur PT. Alfa RetailindoTbk Agoes P.Adhi mengatakan Alfa dan para pemasok saat ini sama-sama melakukan review bisnis.


"Kami sama-sama sedang berpikir, pemasok bicara dengan tim kami. Masing-masing melakukan tinjau ulang. Tapi memang kami harus memberikan deadline. Karena itu, kesepakatan untuk tidak sepakat bisa terjadi, "kata Agoes.


Salah satu jenis biaya yang paling dikeluhkan pemasok atas kebijakan penyamaan syarat perdagangan Alfa dengan Carrefour terkait dengan pengenaan biaya remodelling.

Sumber : Bisnis Indonesia

-floreNz-

Jumat, 08 Agustus 2008

Depdag segera atur syarat perdagangan

JAKARTA : Departemen Perdagangan segera menerbitkan aturan biaya syarat perdagangan secara terperinci sebagai petunjuk pelaksanaan batasan syarat perdagangan dalam Perpes No. 112/2007, setelah muncul keluhan pemasok atas biaya trading term yang dinilai masih mencekik.

Subagyo, Dirjen Perdagangan Dalam Negri Depdag, menegaskan pembuatan juklak (petunjuk pelaksanaan) berbentuk permendag terkait dengan syarat perdagangan memang kewajiban otoritas perdagangan itu.

"Siapa bilang tidak ada juklak [trading term]," kata Subagyo kepada Bisnis, seusai menerima masukan isi permendag syarat perdagangan dari Aliansi 9 Asosiasi, Selasa.

Dia berpendapat juklak itu memang diperlukan. Pasal 8 dan pasal 4 Perpres No.112/2007 memerintahkan untuk memperjelaskan materi di perpes tersebut, sehingga Depdag akan meneribitkan juklaknya.

Depdag mengeluarkan permendag yang akan memperjelas isi batasan biaya syarat perdagangan, dan juga soal penerbitan izin toko modern, serta masalah pembinaan dan pengawasaan.
Untuk mempercepat penerbitan juklak Perpres tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Traditional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, pemangku keperntingan dipanggil secara marathon untuk memberikan masukan. "Secepatnya [kami keluarkan perpendagnya]. Bergantung pada teman-teman [pemangku kepentingan],"kata Subagyo.
Ketika ditanyakan rencana Depdag menghadapi praktik peritel modern yang tidak patuh menerapkan jenis syarat perdagangan sesuai pepres, Subagyo mengharapkan pemasok menyampaikan keluhannya terlebih dahulu kepada peritel, dan tembusan surat keluhan disampaikan ke Depdag.

Dia meminta para pemasok menyampaikan keluhannya kepada peritel. "Tembusan kepada kami. Itu B to B. Jadi komunikasikan antara mereka. Jika mentok baru kami turun, "kata Subagyo.
Ketua Umum AP3MI (Asosiasi Pengusaha Pemasok Pasar Modern Indonesia) Susanto, yang tergabung dalam Aliansi 9 Asosiasi, mengatakan gabungan sembilan asosiasi pemasok dan pedagang pasar itu terkait dengan biaya syarat perdagangan memberi tiga usulan utama untuk dituangkan dalam permendag.

Pertama, minta agar ada ketetapan dalam permendag bahwa biaya syarat perdagangan tidak boleh naik setiap tahunnya.
Kedua, ada ketetapan jenis biaya syarat perdagangan yang diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan.
Ketiga, dicantumkannya besaran persentase atau rupiah dari tujuh jenis biaya syarat perdagangan.
Yang diperbolehkan dikutip peritel modern seperti tercantum dalam Pepres No.112/2007.
"Dengan, begitu, kami berharap minimal biaya syarat perdagangan untuk 2008 bisa turun minimal 30%," kata Susanto

Kepastian Usaha
Ketuan Gapmmi (Gabungan Pengusaha Makanan & Minuman Seluruh Indonesia) Franky Sibarani menyambut rencana penerbitan permendag yang berisi perincian lebih detail tentang pengaturan syarat perdagangan.

Tutum Rahanta, Ketua Harian Aprindo (Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia) mengatakan jika terbit juklak syarat perdagangan, maka akan memberi kepastian usaha. "Jika aliansi memberi usulan silahkan saja, asalkan, bisa diimplementasikan."

Depdag sebelumnya berkukuh tidak mengeluarkan juklak tentang syarat perdagangan berbentuk peraturan menteri, karena dinilai
sudah jelas. (linda.silitonga@bisnis.co.id)
Oleh : Linda T. Silitonga'
Bisnis Indonesia
Edisi : 31 Juli 2008
Sumber : Bisnis Indonesia
-FloreNz-

Rabu, 06 Agustus 2008

Manajemen Bisnis Ritel



Penulis : Dr. Sopiah, MM.,M.Pd., Syihabudhin,SE.,M.Si.

Buku ini tidak sekedar mengemukakan konsep manajemen bisnis ritel secara teoritis semata, tetapi memasuki pula wilayah praktis. Dengan demikian, buku ini tidak hanya diperuntukkan bagi mahasiswa saja, tetapi juga bisa dimanfaatkan oleh dosen serta para praktisi bisnis ritel, seperti agen, distributor, grosir, pengelola supermarket, toko swalayan, sampai kepada pengecer.

Topik pembahasan dalam buku ini meliputi :

- Struktur dasar bisnis ritel.
- Perilaku konsumen dalam bisnis ritel.
- Klasifikasi bisnis Ritel.
- Diferensiasi bisnis Ritel.
- Perkembangan bisnis ritel.
- Distribusi dalam bisnis ritel.
- Manajemen Toko.
- Image toko.
- Kebijakan promosi bagi pengecer.
- Mencegah dan menangani Shrinkage.
- Hakikat perusahaan kecil dan kewirausahaan.
- Riset pemasaran dalam bisnis ritel.
- Manajemen toko swalayan.
- Proses/ siklus menjual.

mau beli klik disini
-Eunice-

Sabtu, 02 Agustus 2008

home brand

Home brand atau dikenal juga dengan nama private label, adalah produk-produk yang dihasilkan oleh suatu group account dengan brand mereka sendiri, dan didistribusikan di outlet mereka.

Home Brand dan private label sendiri sudah beberapa tahun lalu diperkenalkan. Namun biasa nya hanya merupakan produk subtitusi saja, mengapa?? Karena rupanya di pasaran Indonesia, masyarakat lebih enggan untuk berpindah brand atau masih belum percaya dengan brand yang belum terbukti bagus. Sulit juga bagi account untuk merubah image ini.

Mungkin kita sering mendengar brand ARO (Makro), Value Plus (Hypermart/Matahari), Yoa (Yogya/Yomart), PAS (Alfa/Alfamart), Giant (Giant), Carrefour(Carrefour). Semua brand ini adalah brand yang dihasilkan account masing-masing, tentu saja dari harga jauh lebih miring dari brand sejenis. Account tersebut sendiri tidak memproduksi barang-barang tersebut, produk-produk home brand mereka berasal dari hasil kerja sama dengan produsen-produsen tertentu dan mereka kemas dengan Logo Home Brand mereka.
Ironis nya kadang mereka bekerja sama dengan produsen/supplier yang brand nya market leader di pasaran, sehingga dari sisi supplier itu seperti kanibalisme produk, beda hal nya dengan account yang menganggap hal itu keuntungan luar biasa.
Produk home brand apa yang laku di pasaran?? Biasa saat ini yang lebih “laku” ialah produk yang tidak digunakan di tubuh, misalnya tissu, tusukan gigi, paper, air mineral, minyak goreng, gula, pembersih lantai, etc (produk yg konsumennya tidak loyal) namun untuk produk shampo, bedak, kopi, sabun mandi, produk home brand masih kalah bersaing. Kalo untuk food seperti snack, biscuit... yah coba-coba lah, enak dilanjutin beli ga enak ya ditinggal.

Beberapa sumber mengatakan, di luar negri produk home brand cukup kuat, produk home brand tersebut misalnya dari wal*mart dimana kontribusi nya sudah mencapai 20% dari kategori FMCG (Fast Moving Consumer Good). Berarti untuk pasaran di Indonesia produk home brand masih ada peluang. Apa yang harus dilakukan?? Perkuat image produk dengan kualitas yang baik.
-fLoreNz-

Gambar : 2&3, Prensentasi Shopper Trend Nielsen 2006.